Teori-Teori Komunikasi Antarpribadi
Dalam ilmu komunikasi setidaknya
kita bisa bertemu dengan 2 (dua) pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif
dan kedua teori interpretif. Dalam teori objektif, teori berfungsi menjelaskan
masa lalu dan masa kini serta
mempraktikan masa depan. Oleh karena itu, satu teori dianggap baik apabila
teori tersebut sederhana (simplicity), bisa diuji (testability), dan berguna
(usefulness). Sedangkan untuk pendekatan interpretif, teori berfungsi untuk
melahirkan pemahaman, mengidentifikasi nilai-nilai, mengilhami apresiasi
estetis, mendorong kesepakatan , dan mereformasi masyarakat.
A. APREHENSI KOMUNIKASI
Sebelum membahas teori ini, kita
menjelajahi dulu makna aprehensi komunikasi. Ada yang menyatakan bahwa
aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa
dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan
ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak
memahami sebab akibat social sehingga menjadi orang yang “mati rasa”. Ada juga
yang menyebutkan bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu
memandang pengalaman komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut
berkomunikasi.
Namun, hendaknya diingat bahwa
aprehensi komunikasi bukanlah teori yang as teori komunikasi antarpribadi.
Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan untuk menjelaskan situasi
komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi yang menggunakan teori ini
juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau menggunakanya dalam latar
atau konteks komunikasi antarpribadi. Kita bisa menyebutkan McCroskey sebagai
salah satu ilmuwan komunikasi yang banyak meneliti fenomena aprehensi
komunikasi dalam komunikasi antarpribadi.
"
McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia
karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa factor-faktor
lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya
interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini
menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya
"
penyebab aprehensi komunikasi itu ada yang mengelompokan
menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut :
1. Aktivitas
berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif
sebelum kegiatannya sendiri dilakukan, misalnya remaja yang dipaksa untuk
tampil sebagai orang tua dalam suatu acara resmi maka talapak tangan
berkeringat, jantung berdetak kencang, dan perutpun mulas.
2. Pemprosesan
kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam
menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi
ini dipandang terkait dengan
bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan
bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan, misalnya kita akan
bertemu dengan seorang dosen untuk meminta ujian susulan karena pada saat ujian
kita sakit. Kita terlebih dahulu memikirkan situasi menyeramkan yang akan berlangsung
dalam komunikasi tersebut.
3. Keterampilan
komunikasi yang tak memadai. Ini untuk
menunjukan bahwa kita tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika
kita merasa tidak terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan
memandang kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.
B. SELF-DISCLOSURE
Boleh dibilang, apabila aprehensi
komunikasi justru membuat pertukaran informasi tidak berlangsung lancar karena
salah satu pihak yang berkomunikasi merasa khawatir atau tegang saat
berkomunikasi maka self-disclosure justu sebaliknya. Pada self-disclosure orang
membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya.
Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja
melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.
C. TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori ini pada intinya menyatakan
bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan
berurutan yang di mulai dari tahap
biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat
ini maupun dampak masa depannya.
Oleh karena
itulah, dalam teori ini dinyatakan bahwa
relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure berlangsung artinya,
orang-orang yang menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan,
self-disclosure. Proses self-disclosure itu berlangsung seperti kita mengupas sesiung bawang. Makin dalam
kita buka maka kita akan makin membawa kita memasuki bagian terdalam dari
bawang tersebut. Pada awalnya kita dalam self-disclosure itu hanya membicarakan hal-hal yang umum yang
merupakan bagian luar, seperi soal warna faviorit , music favorit atau makanan
yang paling nikmat. Lalu. Masuk lebih dalam lagi dengan membicarakan soal-soal
politik. Pada tahap ketiga, kita mulai membicarakan keyakinan dan sikap
beragama kita. Lalu, tahap-tahap berikutnya kita mulai membahas kekhawatiran
dan fantasi-fantasi terdalam kita. Akhirnya, pada puncaknya kita menyatakan
konsep diri kita.
D. TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN
Mengapa kita menggali pengetahuan
tentang rekan kita ? Teori ini
menjelaskan, hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau
meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan
mereka kembangkan, misalnya rekan sebangku kita menyebut ayahnya adalah anggota
TNI, tentunya dalam benak kita ada bayangan begimana perilaku seorang anak
perwira TNI. Bayangan itu akan berbeda
apabila rekan sebangku kita menyebut pekerjaan ayahnya adalah pedagang
sayur-mayur di pasar atau seorang guru besar di satu perguruan tinggi ternama.
Menggali pengetahuan berupa
memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan
seseorang yang belum kita kenal. Jika
kita berdiam diri dalam ketidaktahuan, tidaklah akan membuat kita merasa
tenang. Jika kita mengetahui siapa orang yang kita ajak berbincang-bincang,
tentunya akan lebih membuat diri kita merasa tenang dan nyaman apabila
dibandingkan dengan berbincang dengan orang yang tidak kita kenal. Oleh karena
itu, kita akan berusaha mengetahui dan memahami siapa orang tersebut.
E. TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
Agar bisa lebih memahami
dialektika ini, kita kembali lagi bahwa relasi antar pribadi itu tidak statis atau menurut Teori Dialektika
Relasional, bersifat cair. Orang-orang yang menjalin relasi dan berkomunikasi
antarpribadi pada batinya mengalami apa yang dinamakan tarikan konflik. Tarikan
konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi
cair, yang dikenal sebagai ketegangan dialektis. Kita terayun-ayun di antara
dua kutub relasi. Antara harmonis dan konflik atau antara akrab dan bermusuhan.
F. TEORI PENILAIAN SOSIAL
Dalam melakukan penilaian terhadap
pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama mengkontraskan dan
kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual yang membawa pada
polarisasi ide.mengontraskan antara pandangan kopi itu bermanfaat bagi
kesehatan dan kopi itu merugikan kesehatan. Sedangkan asimilasi menunjukan
kekeliruan penilaian yang bertentangan. Mirip dengan pantulan bola pingpong di
meja pingpong. Ide yang dilontarkan sejalan dengan pandangan-pandangan atau
sikap dasar penerimaan, dipantulkan dan diterima pembicaraan yang memiliki
kesamaan dengan penerima. Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima
dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan.
Ada tiga hal yang dikemukaakan
“Teori Penilaain Sosial” ini yang sudah di uji melalui eksperimen yang bisa di
pergunakan untuk mengkaji pengaruh komuniaksi antarpribadi. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi
akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam wilayah penerimaan
pendengarnya. Misal penjelasan tentang bahaya rokok yang disampaikan seorang
awam akan diterima secara berbeda dengan penjelasan seorang dokter spesialis
jantung oleh pendengarnya.
2.
Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan
dengan kejelasan. Untuk contoh ini bisa kita ambil dari dunia periklanan.
Perhatikan saja betapa banyak iklan yang menggunakan istilah tidak jelas namun
bisa meyakinkan konsumennya.
3.
Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap
permasalahan. Oleh karena itu, wilayah penolaknya besar, misalnya orang yang
begitu yakin apa yang di ajarkan orang tuanya pasti benar, termasuk cara
memijat tube pasta gigi harus selalu dari ujung bawahnya. Begitu tube plastic
di ganti alumunium sehingga di pijat dari manapun tube pasta gigi itupun tak
ada bedanya, orang tadi akan tetap melakukan sepetri apa yang di ajarkan orang
tuanya itu.
SSumber
: BUKU Komunikasi Antarpribadi Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar