Jumat, 04 Mei 2012


Teori-Teori Komunikasi Antarpribadi

Dalam ilmu komunikasi setidaknya kita bisa bertemu dengan 2 (dua) pendekatan teoritik. Pertama , teori objektif dan kedua teori interpretif. Dalam teori objektif, teori berfungsi menjelaskan masa  lalu dan masa kini serta mempraktikan masa depan. Oleh karena itu, satu teori dianggap baik apabila teori tersebut sederhana (simplicity), bisa diuji (testability), dan berguna (usefulness). Sedangkan untuk pendekatan interpretif, teori berfungsi untuk melahirkan pemahaman, mengidentifikasi nilai-nilai, mengilhami apresiasi estetis, mendorong kesepakatan , dan mereformasi masyarakat.

A.      APREHENSI KOMUNIKASI

Sebelum membahas teori ini, kita menjelajahi dulu makna aprehensi komunikasi. Ada yang menyatakan bahwa aprehensi komunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain karena kekhawatiran dan ketakutannya, tak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak memahami sebab akibat social sehingga menjadi orang yang “mati rasa”. Ada juga yang menyebutkan bahwa aprehensi komunikasi itu terjadi manakala individu memandang pengalaman komunikasinya itu tidak menyenangkan dan merasa takut berkomunikasi.

Namun, hendaknya diingat bahwa aprehensi komunikasi bukanlah teori yang as teori komunikasi antarpribadi. Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan untuk menjelaskan situasi komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi yang menggunakan teori ini juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau menggunakanya dalam latar atau konteks komunikasi antarpribadi. Kita bisa menyebutkan McCroskey sebagai salah satu ilmuwan komunikasi yang banyak meneliti fenomena aprehensi komunikasi dalam komunikasi antarpribadi.

       " McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada manusia karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa factor-faktor lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya "
penyebab aprehensi komunikasi itu ada yang mengelompokan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut :

1.    Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan, misalnya remaja yang dipaksa untuk tampil sebagai orang tua dalam suatu acara resmi maka talapak tangan berkeringat, jantung berdetak kencang, dan perutpun mulas.

2.    Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan 
bagaimana kita berpikir tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang menakutkan, misalnya kita akan bertemu dengan seorang dosen untuk meminta ujian susulan karena pada saat ujian kita sakit. Kita terlebih dahulu memikirkan situasi menyeramkan yang akan berlangsung dalam komunikasi tersebut.

3.    Keterampilan komunikasi  yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.

B.      SELF-DISCLOSURE

Boleh dibilang, apabila aprehensi komunikasi justru membuat pertukaran informasi tidak berlangsung lancar karena salah satu pihak yang berkomunikasi merasa khawatir atau tegang saat berkomunikasi maka self-disclosure justu sebaliknya. Pada self-disclosure orang membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang mendalam tentang dirinya.

C.      TEORI PENETRASI SOSIAL

Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai  dari tahap biasa-biasa saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun  dampak masa depannya.

      Oleh karena itulah, dalam teori ini  dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang menjalin komunikasi antarpribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Proses self-disclosure itu berlangsung seperti  kita mengupas sesiung bawang. Makin dalam kita buka maka kita akan makin membawa kita memasuki bagian terdalam dari bawang tersebut. Pada awalnya kita dalam self-disclosure  itu hanya membicarakan hal-hal yang umum yang merupakan bagian luar, seperi soal warna faviorit , music favorit atau makanan yang paling nikmat. Lalu. Masuk lebih dalam lagi dengan membicarakan soal-soal politik. Pada tahap ketiga, kita mulai membicarakan keyakinan dan sikap beragama kita. Lalu, tahap-tahap berikutnya kita mulai membahas kekhawatiran dan fantasi-fantasi terdalam kita. Akhirnya, pada puncaknya kita menyatakan konsep diri kita.

D.      TEORI PENGURANGAN KETIDAK PASTIAN

Mengapa kita menggali pengetahuan tentang  rekan kita ? Teori ini menjelaskan, hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan, misalnya rekan sebangku kita menyebut ayahnya adalah anggota TNI, tentunya dalam benak kita ada bayangan begimana perilaku seorang anak perwira TNI. Bayangan itu  akan berbeda apabila rekan sebangku kita menyebut pekerjaan ayahnya adalah pedagang sayur-mayur di  pasar atau seorang  guru besar di satu perguruan tinggi ternama.

Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan seseorang  yang belum kita kenal. Jika kita berdiam diri dalam ketidaktahuan, tidaklah akan membuat kita merasa tenang. Jika kita mengetahui siapa orang yang kita ajak berbincang-bincang, tentunya akan lebih membuat diri kita merasa tenang dan nyaman apabila dibandingkan dengan berbincang dengan orang yang tidak kita kenal. Oleh karena itu, kita akan berusaha mengetahui dan memahami siapa orang tersebut.
E.       TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
Agar bisa lebih memahami dialektika ini, kita kembali lagi bahwa relasi antar pribadi itu  tidak statis atau menurut Teori Dialektika Relasional, bersifat cair. Orang-orang yang menjalin relasi dan berkomunikasi antarpribadi pada batinya mengalami apa yang dinamakan tarikan konflik. Tarikan konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi cair, yang dikenal sebagai ketegangan dialektis. Kita terayun-ayun di antara dua kutub relasi. Antara harmonis dan konflik atau antara akrab dan bermusuhan.

F.       TEORI PENILAIAN SOSIAL

Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua hal, pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan distorsi perseptual yang membawa pada polarisasi ide.mengontraskan antara pandangan kopi itu bermanfaat bagi kesehatan dan kopi itu merugikan kesehatan. Sedangkan asimilasi menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan. Mirip dengan pantulan bola pingpong di meja pingpong. Ide yang dilontarkan sejalan dengan pandangan-pandangan atau sikap dasar penerimaan, dipantulkan dan diterima pembicaraan yang memiliki kesamaan dengan penerima. Ini terjadi apabila pesan yang disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan.

Ada tiga hal yang dikemukaakan “Teori Penilaain Sosial” ini yang sudah di uji melalui eksperimen yang bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komuniaksi antarpribadi. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :

1.       Pembicaraan yang memiliki kredibilitas tinggi akan mampu menyampaikan pesan yang masuk ke dalam wilayah penerimaan pendengarnya. Misal penjelasan tentang bahaya rokok yang disampaikan seorang awam akan diterima secara berbeda dengan penjelasan seorang dokter spesialis jantung oleh pendengarnya.

2.       Ambiguitas seringkali lebih baik dibandingkan dengan kejelasan. Untuk contoh ini bisa kita ambil dari dunia periklanan. Perhatikan saja betapa banyak iklan yang menggunakan istilah tidak jelas namun bisa meyakinkan konsumennya.

3.       Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu, wilayah penolaknya besar, misalnya orang yang begitu yakin apa yang di ajarkan orang tuanya pasti benar, termasuk cara memijat tube pasta gigi harus selalu dari ujung bawahnya. Begitu tube plastic di ganti alumunium sehingga di pijat dari manapun tube pasta gigi itupun tak ada bedanya, orang tadi akan tetap melakukan sepetri apa yang di ajarkan orang tuanya itu.

SSumber : BUKU Komunikasi Antarpribadi Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar