Analisis komunikasi antar pribadi
Dalam hubungan komunikasi dengan
orang lain, pada dasarnya seseorang pasti melakukan proses prediktif. Maksudnya
adalah memperediksi tentang bagaimana lawan bicara saya. Dan dari proses
prediksi inilah, akan timbul pertanyaan – pertanyaan seperti : bagaimana sifat
orang ini? Apakah dapat dipercaya? Apakah dia menyukainya? Bagaimana agar dia
menyukai saya? Dan sebagainya.
Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg (1975) ada 3
tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi yaitu :
1. tingkat kultural
menurut koentjaraningrat atau ahli antropologi Indonesia,
kebudayaan didefinisikan sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya
itu,” inti dari definisi tersebut bahwa kebudayaan merupakan produk manusia
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang ada diluar diri individu
yang harus dipelajari seperti bahasa, seni lukis dan sebagainya.
Pada analisis tingkat cultural, guna mencapai efek yang
diharapkan komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan
memahami kultur, terutama yang bersifat material dari pihak yang diajak
berkomunikasi. Analisis cultural memiliki batas – batas geografis, dimana adat
istiadat, kebiasaan, dan budaya serta bahasa di setiap tempat berbeda – beda.
2. tingkat sosiologis
apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi
komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan
dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator
melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Dalam tingkat sosiologis,
komunikator melakukan prediksi, yaitu berupa nilai dan norma kelompok yang
dianut pihak lain tersebut.
3. tingkat psikologis
prediksi tingkat psikologis adalah prediksi yang dibuat oleh
komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan
didasarkan pada analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan.
Dalam prediksi tingkat psikologis, memiliki karakteristik
khas dari kepribadian pihak lain itu .
PRAKTIK KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN
Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut
1.
Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi
mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
2.
Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol
kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
3.
Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan,
semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang
positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
4.
Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan
biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan
itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
5.
Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan
kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan
berkomunikasi dengan orang lain.
A. Latar Sosial
Relasi
antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi
antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara
sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak
relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak
selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik
di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa,
pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini.
Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri
(self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan
komunikasinya.
B. Latar Bisnis
Relasi
antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para
staf dan karyawan merasa :
1.
Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi
penghargaan dan pengakuan.
2.
Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan
serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
3.
Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki
organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf
dan karyawan.
4.
Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki
organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan
aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.
Manusia tidak
dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki
kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan
produktifitas organisasi tersebut.
Buku
Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar