Jumat, 04 Mei 2012


Analisis komunikasi antar pribadi

Dalam hubungan komunikasi dengan orang lain, pada dasarnya seseorang pasti melakukan proses prediktif. Maksudnya adalah memperediksi tentang bagaimana lawan bicara saya. Dan dari proses prediksi inilah, akan timbul pertanyaan – pertanyaan seperti : bagaimana sifat orang ini? Apakah dapat dipercaya? Apakah dia menyukainya? Bagaimana agar dia menyukai saya? Dan sebagainya.
Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg (1975) ada 3 tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi yaitu :

1. tingkat kultural
menurut koentjaraningrat atau ahli antropologi Indonesia, kebudayaan didefinisikan sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu,” inti dari definisi tersebut bahwa kebudayaan merupakan produk manusia sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang ada diluar diri individu yang harus dipelajari seperti bahasa, seni lukis dan sebagainya.

Pada analisis tingkat cultural, guna mencapai efek yang diharapkan komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami kultur, terutama yang bersifat material dari pihak yang diajak berkomunikasi. Analisis cultural memiliki batas – batas geografis, dimana adat istiadat, kebiasaan, dan budaya serta bahasa di setiap tempat berbeda – beda.

2. tingkat sosiologis
apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Dalam tingkat sosiologis, komunikator melakukan prediksi, yaitu berupa nilai dan norma kelompok yang dianut pihak lain tersebut.

3. tingkat psikologis
prediksi tingkat psikologis adalah prediksi yang dibuat oleh komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan pada analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan.
Dalam prediksi tingkat psikologis, memiliki karakteristik khas dari kepribadian pihak lain itu .

PRAKTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN

Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut

1.       Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,

2.       Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.

3.       Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.

4.       Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.

5.       Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.

A. Latar Sosial
        Relasi antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini. Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri (self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya.

B. Latar Bisnis
        Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staf dan karyawan merasa :
1.       Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan.
2.       Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
3.       Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf dan karyawan.
4.       Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya.
        Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan produktifitas organisasi tersebut.

Buku Komunikasi AntarPribadi Universitas Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar