Minggu, 27 November 2011

Atraksi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal





Atraksi Interpersonal Dan Hubungan Interpersonal

•          Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

a.       Penafsiran pesan dan penilaian, Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.


b.       Efektivitas komunikasi, Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.


•          Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.

Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”

Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:


1.         Percaya

2.         sikap suportif dan

3.         sikap terbuka.



Sumber :


http://google.co.id.
http://petrusandung.wordpress.com/2009/12/17/konsep-diri/

Sikap Dan Perilaku


SIKAP DAN PERILAKU

Ø Pengertian Sikap
Walaupun sikap(attitude) merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam psikologi sosial, para pakar tidak selalu sepakat tentang difisinya. Sarwono (1997) mengemukakan beberapa pengertian sikap.
Sikap dapat didefinisikan sebagai posisi yang di ambil dan dihayati seseorang terhadap benda,masalh atau lembaga .beberap sikap bersifat abstrak, misalnya sikap terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat impersonal, misalnya sikap terhadap ganja itu jelek. Akan tetapi sikap yang paling penting adalah sikap terhadap orang lain (Soekaji, Sutarlinah, 1986).
Menurut weber, sikap adalah sebuah reaksi  evaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) terhadap orang,peristiwa atau aspek lain dalam lingkungannya. Sebgai suatu evaluasi dari hal yang telah di alami, sikap merupakan posisi yang tidak netral. Sikap itu pun bervariasi dari segi intensitasnya, bisa rendah sedang atau banyak. Misalnya, saat akan memasukan gula ke dalam teh, anda akan masukkan sedikit ,sedang atau banyak karena anda senang the yg manis , agak pahit,atau manis sekali. Semua itu termasuk dalam sikap karena berhubungan dengan pengalaman kita.
            Dari berbagai definisi tampak bahwa ciri khas dari sikap adalah sbg berikut.
1.       Mempunyai objek tertentu(orang,perilaku,konsep,situasi,dan benda)
2.       Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju,suka atau tidak suka) (Sarwono,S. 1997)

Sikap terbentuk dari berbagai kesimpulan yang kita peroleh tentang pengalaman di masa lalu, untuk mempermudah pilihan perilaku kita nantinya. Sikap kita tentang seks,kekerasan,dan bintang film misalnya akan membantu kita memutuskan film  mana yang akan kita tonton.

Keterkaitan Sikap Dan Perilaku
            Sejak awal penelitian tentang sikap benar-benar menjadi hal yang menarik karena di anggapbisa memperkirakan perilakumanusia di masa depan. Pada kegiatan belajar 1 telah di bahas bahwa sikap terdiri dari tiga domain yakni ABC (A=affective, perasaan, b= behavior,perilaku C= cognitive, kesadaran).

a.        Kesesuaian antara sikap dan perilaku
            Pernyataan yang kerap muncul adalah apakah sikap mengarah pada keinginan untuk bertindak atau berperilaku dan juga padaperilaku secara spesifik?
jika memang benar begitu, berarti seorang politikus atau pemasang iklan hanya perlu untuk mengukur pendapat seseorang untuk memperkirakan kecenderungan mereka untuk memilih atau membeli dengan cara tertentu.

b.     Sikap dapat sesuai dengan perilaku
Para peneliti telah menemukan bahwa dugaan sikap akan tergantung dari cara sikap itu di bentuk,di ukur, dan di alami. Berikut uraiannya.
1.        Perilaku yang spesifik
Semakin spesifik atau khusus satu sikapterhadap perilaku maka akan semakin baik dalam memperkirakan perilaku yang terkait. Misalnya, berapa orang yang akan dating dalam kegiatan gotong royong? Mengukur sikap yang amat umum, seperti bertanya”apakah anda yakin bahawa daerah lingkungan kita harus bersih?” , mungkin tidak bisa memperkirakan perilaku gotong royong secara spesifik. Mungkin banyak orang yang setuju dengan pertanyaan umum itu, tetapi hal itu belum bisa menunjukan suatu usaha yang spesifik.
2.        Potensi sikap
Semakin kuat satu sikap dalam pemikiran seseorang maka makin besar pengaruhnya terhadap perilaku. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap yang di bentuk melalui pengalaman pribadi akan semakin kuat daripada sikap yang dibentuk berdasarkan informasi kedua atau sumber yang tidak langsung. Misalnya, seseorang yang telah meminta dan menerima bantuan dari calon legislatif di daerahnya lebih cenderung untuk mendukung sang calon saat pemilihan di bandingkan orang yg tidak memiliki pengalaman langsung dari sang calon. Sikap mereka yang tidak memiliki pengalaman langsung ini akan cenderung untuk menunjukan ikatan kuat dengan perilaku mereka.
3.        Penonjolan sikap
Berkaitan dengan potensi sikap adalah adanya kualitas penonjolan sikap. Sikap akan semakin terlihat ataumenonjol jika lebih disadari kehadirannya dalam sikap kita. Penonjolan sikap biasanya akan cenderung untuk di ingat dan di respons.

C.        Perilaku dalam mempengaruhi sikap
            Secara spesifik, sepertinya orang tidak hanya bisa menggunakan sikap sebagai dasar perilaku, kita juga bisa membentuk sikap berdasarkan perilaku kita. Menurut Srwono karena pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri maka para pakar berusaha mengetahui sampai seberapa jauh perilaku dapat mempengaruhi terbentuknya sikap. Sebagaimana sikap dapat berpengaruhnpada perilaku, sebaliknya perilaku pun juga dapat membentuk sikap karena perilaku adalah pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang.
          
Perubahan Sikap

KOMUNIKASI PERSUASIF
Berikut ini komponen komunikasi persuasive yang mempengaruhi sikap.
1.        Sumber
        Informasi pertama yang orang terima dari pesan persuasive adalah karakteristik source (sumber atau komikator) yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut penelitian , ada dua variable penting dalam persuasi yang efektif , yaitu kredibilitas daya tarik.
A.        Kredibilitas
            Sebuah pesan dapat lebih persuasive dan menghasilkan perubahan sikap yang lebih besar ketika komunikator di anggap memiliki kredibilitas. Komunikator dapat di anggap lebih kredibel jika terlihat memiliki keahlian (pengetahuan) dan dapat di percaya.
B.        Daya tarik
            Daya tarik komunikator merupakan hal penting dalam mempersuasi orang. Misalnya, sebuah perusahaan mengiklankan produknya di media massa dengan menggunakan selebritis yang mempunyai reputasi di bidang tertentu untuk menarik perhatian konsumen. Bahkan actor dan model yang tidak terkenal sekalipun, dipilih untuk mempengaruhi khalayak karena di nilai mempunyai daya tarik yang lebih.
Terdapat tiga macam daya tarik yang membuat seseorang cenderung disukai dan lebih persuasive, yaitu sebagai berikut.
a.         Penampilan fisik. Orang yang berpenampilan baik atau enak dipandang lebih bisa mempersuasi orang di banding dengan komunikator yang berpenampilan biasa.
b.    Power ( kekuasaan). Komunikator yang terlihat memiliki kekuasaan lebih persuasive di banding sumber yang tidak di efektif/dikenal.
c.    Kesamaan dengan penerima pesan. Komunikator yang membangun kesamaan dengan penerima pesan , misalnya dengan mengatakan “ saya sama dengan anda semua” maka rekomendasinya atas suatu hal dapat lebih persuasive karana penerima pesan menemukan ada kesamaan dengan pembicara.
2.       Pesan
Elemen pesan memiliki banyak variable yang mengandung efek untuk mempersuasi. Kualitas pesan persuasive yang berdampak pada perubahan sikap meliputi
a.         Posisi
Semakin suatui pesan dekat dengan posisi atau sudut pandang seseorang pada saat itu, semakin mudah orang tersebut dalam menerima pesan.
1)        Penerimaan dan penolakan. Setiap orang memiliki ruang untuk menerima hal-hal yang dating kepadanya. Sikap yang sama atau relevan dengan posisi atau sudut pandang seseorang akan masuk ke dalam lattidue of acceptance(ruang gerak penerimaan).
2)        Kredibilitas dan perbedaan (credibility and Discrepancy). Biasanya penerima pesan atau audience tidak terbujuk oleh pesan yang berbeda dengan pendirian atau sudut pandangnya akan tetapi semakin komunikastor diterima sebagai orang yg kredibel maka ia dapat berpengaruuh lebih efektif, meskipun dengan pesan yang berbeda dengan sudut pandang penerima pesan.

b.        Isi pesan
 Isi pesan merupakan salah satu elemen yang dapat mempersuasi penerima pesan untuk mengubah sikap. Dalam dunia periklanan, isi pesan atau slogan produk dibuat sebisa mungkin untuk dapat meresap ke dalam benak konsumen. Pada akhirnya lagu atau slogan iklan merupakan bagian yang sanagt terbiasa kita dengar dan lihat setiap hari. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk meningkatkan dampak persuasive suatu pesan, yaitu sebagai berikut.
1)      Kesederhanaan. Pesan yang sederhana memiliki dampak persuasive yang besar karna cenderung mudah di cerna, di ingat, dan tidak sulit untuk bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pesan tersebut. Sebaliknya, semakin kompleks suatu pesan, semakin sulit pesan itu di mengerti oleh khalayak, dan kurang berpengaruh dalam menimbulkan tindakan/perilaku tertentu.
2)  Daya tarik emosional. Pesan dapat lebih efektif jika mampu membangkitkan tanggapan emosi yang kuat. Membangkitkan rasa takut merupakan suatu cara yang paling sering di gunakan untuk meyakinkan seseorang dalam melakukan sesuatu.contohnya, Janis dan Freshbach (1953) meneliti tiga kelompok orang tentang pentingnya menyikat gigi tiga kali sehari sehabis makan.dan setiap kelompok menerima perlakuan yang beda. Kel pertama diperlihatkan foto close-up yg dramatis dan menakutkan tentang gigi-gigi yang rusak akibat tidak menyikat gigi sesuai anjuran.kel kedua mendapat foto yg sama tetapi tidak terlalu dramatis. Kelompok ketiga tidak diperlihatkan foto tersebut. Orang-orang pada kel pertama dan kedua sangat terkesan dan setuju dengan pesan yang disampaikan. Sedangkan kel ketiga lebih memperlihatkan perubahan perilaku disbanding kelompok pertama.
3)    Kepentingan pribadi. Komunikator yang menyampaikan pesan yang berlawanan dengan kepentingan dirinya akan mempbuat pesan itu lebih persuasive.
4)       Penyajian

Pengertian Kognisi Sosial Tentang Diri dan Perkembangan Diri
William James mengatakan, seorang bisa menjadi objek pikirannya sendiri. inilah kognisi sosial. Kita melakukan proses yang oleh Gordon Allport disebut becoming,dimana kita mengembangkan,memodifikasi, dan menyaring identitas personal dan pemahaman tentang diri sendiri "diri" kita dan konsep kita tentang diri kita sendiri. inilah yang dimaksud dengan self development.
Self-development kita kebanyakan terbentuk dari interaksi dengan orang-orang terdekat kita dimasa kanak-kanak.  orang-orang ini menjadi panutan bagi kita dalam bertindak,berpikir, dan merasa tentang diri sendiri. mereka disebut significant others, yaitu orang-orang yang sangat penting artinya bagi diri seseorang.
Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut generalized others. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pengembangan diri seseorang makin meluas seiring dengan perkembangan orang tersebut. Jika mula-mulanya yang berpengaruh adalah keluarga, dengan makin bertambahnya usia bertambah pula pihak-pihak yang berpengaruh: teman, kelompok, organisasi hingga masyarakat. selain itu media komunikasi juga berperan dalam self-development kita.
Self awareness (kesadaran diri)
adalah perhatian orang yang terfokus pada diri sendiri,perasaannya,nilai,maksud dan evaluasi dari orang lain. self awareness membantu kita untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita, menyadari bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh pikiran kita. Dengan kata lain kesadaran diri membantu kita mengetahui siapa kita dan apa yang kita inginkan.
Kesadaran diri dapat dijelaskan melalui model yang ditawarkan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Model mereka dinamakan Johari Window, itu merupakan singkatan dari nama mereka.

Sumber :

http://google.co.id

Persepsi Tentang Orang dan Atribusi



PERSEPSI TENTANG ORANG DAN ATRIBUSI

1.Inferensi Sosial
mempersepsi orang lebih sulit dan lebih mungkin untuk tidak cermat dari pada mempersepsi benda. Inferensi sosial berarti mengerti apa yg kita pelajari ttg orang atau orang-orang lain. Prosesnya dimulai dari mengumpulkan data sosial berupa : informasi sosial, penampilan fisik, isyarat-isyarat nonverbal, dan tindakan-tindakan orang lain. Semua itu membentuk data sosial yg terintegrasi dan terkumpul untuk membentuk kesan mengenai orang lain

Inferensi sosial datang dari 4 sumber


•         Informnasi sosial tentang orang lain

•         Penampilan

•         Petunjuk nonverbal

•         Implikasi tindakan-tindakan orang lain


* BENTUK INFORMASI SOSIAL


·        Trait (sifat,pembawaan )

·        suatu generalisasi ttg sikap seseorang

·        Nama

·        Stereotype

·        suatu generalisasi tentang kelompok tertentu yg dianggap sebagai suatu    kebenaran


2. Atribusi

Teori atribusi adalah bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang. Kita membuat sebuah atribusi ketika kita merasa dan mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba menggali pengetahuan mengapa mereka berperilaku seperti itu.

Heider (1958) berpendapat bahwa, “dalam kehidupan sehari-hari kita membentuk ide tentang orang lain dan tentang situasi sosial. Kita menginterpretasikan perilaku orang lain dan memprediksikan apa yang akan mereka lakukan apabila menghadapi sebuah situasi tertentu”

Penyebab seseorang memberikan atribusi kepada perilaku seseorang dapat dibedakan antara kekuatan seseorang untuk mencapai sesuatu dan efek dari pengaruh lingkungan. Kelley (1967) mendeskripsikan 4 kriteria yang kita gunakan untuk memutuskan apakah perilaku tersebut dapat diberikan atribut kepada seseorang bukan berasal dari penyebab eksternal (situasional) :


1.         Distinctiveness – perilaku dapat dibedakan dari perilaku orang lain saat menghadapi situasi yang sama

2.         Consensus – jika orang lain setuju bahwa perilaku diatur oleh         beberapa karakteristik personal

3.         Consistency over time – apakah perilaku diulang

4.         Consistency over modality (cara dimana perilaku itu dilakukan) – apakah perilaku diulang pada situasi yang berbeda


Itulah beberapa cara dimana kita merasa dan membuat keputusan tentang seseorang, misalnya di bagaimana seseorang di lingkungan kerja.

Teori atribusi juga menekankan pada cara dimana seseorang berhasil melakukan atribusi atau gagal terhadap dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Weiner (1974) dan yang lain telah mengindikasikan bahwa ketika seseorang dengan kebutuhan akan achievement yang tinggi telah sukses, mereka mengangggap bahwa keberhasilan ini berasal dari faktor internal yaitu usaha dan kemampuan.

Orang dengan need of achievement yang tinggi akan cenderung menganggap kegagalan sebagai tindakan yang kurang usaha bukan karena tidak mampu. Sedangkan orang dengan need of achievement rendah akan menganggap kegagalan sebagai ketidak mampuan bukan karena kurang usaha.


Sumber :


http://google.co.id





KONSEP DIRI (self-concept)


A. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sundeen,1991). Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari ’diri subjek’ atau ’diri objek’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar ’diri subjek’ diri objek’ dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-perseepsi ini (Lindzey & Hall, 1993;201).


Jika manusia mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberi arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya sendiri, hal ini menunjukan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya untuk melihat dirinya sebaimana ia lakukan terhadap objek-objek lain. Diri yang dilihat, dihayati, dialami ini disebut sebagai konsep diri (Fitts, dalam Agustiani, 2006:139).


B.  Komponen Konsep Diri


Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama yaitu:

1.       Komponen perceptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini sering disebut sebagai physical self consept

2.       Komponen konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuan, latar belakang serta masa depannya. Komponen ini sering disebut sebagai psychology self concept, yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, kemandirian, pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut.

3.       Komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimiliki.

C.  Macam-macam Konsep Diri


Hurlock juga membagi konsep diri menjadi dua macam yaitu:

1.       Konsep diri yang sebenarnya, ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin, yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungannya dengan orang lain, dan apa yang menjadi reaksi orang lain terhadap dirinya.

2.       Aku ideal, ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.


Setiap macam konsep diri ini mencakup citra fisik maupun citra psikologis. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama dan berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tariknya dan kesesuaian dengan jenis kelaminnya dan pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri anak dimata orang lain. Sedangkan citra diri psikologis terbentuk didasarkan atas pikiran dan perasaan juga emosi. Citra psikologis ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian bpada kehidupan, seperti sifat keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuannya.

Untuk mengkoordinasikan citra fisik dan psikologis ini seringkali sulit bagi anak-anak. Akibatnya mereka cenderung berfikir tentang diri mereka memiliki dua kepribadian dengan penampilan tersendiri dan kepribadian tersendiri pula. Dengan bertambahnya usia, konsep fisik dan psikologis diri ini secara berangsur menyatu dan mereka menganggap diri mereka sebagai individu tunggal.


D. Dimensi Konsep Diri

Menurut Caulhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri.

1.       Pengetahuan tentang diri sendiri

2.       Harapan Terhadap Diri Sendiri

3.       Evaluasi Diri Sendiri


E. Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan factor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi ini setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima tersebut akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri, terutama didasarkan tanggapan orang penting dalam hidup anak, yaitu orang tua,guru dan teman sebya mereka. Jadi konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain. Bila anak yakin bahwa orang-orang yang penting baginya menyenangi mereka, maka mereka akan berfikir positif tentang diri mereka dan sebaliknya.

Hurlock (1993) mengatakan bahwa perkembangan konsep diri sifatnya hirarkis, yang paling dasar terbentuk adalah konsep diri primer. Konsep diri primer ini didasarkan pengalaman anak di rumah dan dibentuk dari berbagai konsep terpisah, yang masing-masing merupakan hasil dari pengalamannya dengan anggota keluarga yang lain

Konsep diri primer mencakup citra fisik dan psikologis diri, yang pertama biasanya berkembang lebih awal di bandingkan dengan yang kedua. Citra psikologas diri yang pertama terbentuk didasarkan atas hubungan anak dengan saudara kandungnya dan perbandingan dirinya dengan saudara kandung. begitu  pula konsep awal mengenai perannya dalam hidup, aspirasi dan tanggung jawabnya terhadap orang lain didasarkan atas ajaran dan tekanan orang tua.

Dengan meningkat nya pergaulan dengan orang di luar rumah (bukan keluarga) anak memperoleh konsep yang lain tentang diri mereka. Hal ini akan membentuk konsep diri skunder, konsep diri skunder berhubungan dengan bagaimana anak melihat dirinya melalui kaca mata orang lain. Konsep diri primer sering kali menentukan dimana konsep diri skunder akan di bentuk. sebagai contoh, seorang anak yang mengembangkan konsep diri primer sebagai anak jagoan, maka ia akan memilih teman-teman yang takut akan dia atau menganggap dirinya jagoan pula.

Konsep diri skunder seperti halnya konsep diri primer, mencakup citra fisik dan psikologi diri. Anak-anak berpikir tentang struktur fisik mereka sebagaimana orang lain di luar rumah menanggapi mereka. Selanjutnya mereka menilai citra psikologis mereka dengan membandingkan citra diri mereka yang dibentuk di rumah dengan apa yang mereka pikirkan tentang pikiran orang lain, seperti guru dan teman sebayanya mengenai diri mereka.

Umumnya, walaupun tidak selalu demikian halnya, konsep diri primer lebih bagus dari konsep diri skunder. Bila terjadi ketidak sesuaian, agar mereka bahagia dan memiliki penyusaian diri yang baik, anak harus menutup kesenjangan tersebut. Merka dapat melakukannya dengan berusaha menekan orang lain untuk merubah konsep mereka yang kurang baik, sehingga serupa denga konsep yang baik seperti dalam benak mereka. Karena hal ini jarang berhsil, maka anak-anak harus meninjau kembali konsep diri nereka yang tidak realistis, sehingga komsep dirinya akan lebih mendekati kenyataan.


F.   Faktor-faktor Pembentukan Konsep Diri

a.       Usia

Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak      berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008).

b.       Intelegensi

Intelegensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008).

c.       Pendidikan

Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).


Status Sosial Ekonomi

Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah.

Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21).



d.        Hubungan Keluarga

Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.


e.        Orang Lain

Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.

f.         Kelompok Rujukan (Reference Group)

Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.

g.       Konsep Diri Positif

Orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal:

1.       Kemampuan mengatasi masalah

2.       Merasa setara dengan orang lain.

3.       Menerima pujian tanpa rasa malu.

4.       Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

5.       Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Hamachek (dalam Rahmat, 2000: 106) menyebutkan 11 karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:

1.       Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-psinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tapi ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.

2.       Mampu bertindak berdasarkan penelitian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

3.       Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.

4.       Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kagagalan atau kemunduran.

5.       Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

6.       Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

7.       Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

8.        Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

9.       Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.

10.    Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu.

11.    Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.


KOGNISI SOSIAL TENTANG DIRI


A.Pengertian Kognisi Sosial Tentang Diri dan Perkembangan Diri

William James mengatakan, seorang bisa menjadi objek pikirannya sendiri. inilah kognisi sosial. Kita melakukan proses yang oleh Gordon Allport disebut becoming,dimana kita mengembangkan,memodifikasi, dan menyaring identitas personal dan pemahaman tentang diri sendiri "diri" kita dan konsep kita tentang diri kita sendiri. inilah yang dimaksud dengan self development.

Self-development kita kebanyakan terbentuk dari interaksi dengan orang-orang terdekat kita dimasa kanak-kanak.  orang-orang ini menjadi panutan bagi kita dalam bertindak,berpikir, dan merasa tentang diri sendiri. mereka disebut significant others, yaitu orang-orang yang sangat penting artinya bagi diri seseorang.


Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut generalized others. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pengembangan diri seseorang makin meluas seiring dengan perkembangan orang tersebut. Jika mula-mulanya yang berpengaruh adalah keluarga, dengan makin bertambahnya usia bertambah pula pihak-pihak yang berpengaruh: teman, kelompok, organisasi hingga masyarakat. selain itu media komunikasi juga berperan dalam self-development kita.


Self awareness (kesadaran diri)

adalah perhatian orang yang terfokus pada diri sendiri,perasaannya,nilai,maksud dan evaluasi dari orang lain. self awareness membantu kita untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita, menyadari bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh pikiran kita. Dengan kata lain kesadaran diri membantu kita mengetahui siapa kita dan apa yang kita inginkan.

Kesadaran diri dapat dijelaskan melalui model yang ditawarkan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Model mereka dinamakan Johari Window, itu merupakan singkatan dari nama mereka.


Sumber :


http://google.co.id.html





























Penerimaan dan pengolahan informasi dalam diri individu


PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI DALAM DIRI INDIVIDU


Sensasi dan Persepsi

A. Proses Sensasi
Sensasi merupakan tahap awal penerimaan pesan. Sensai berasal dari kata sense, berarti alat indra, yang mengubungkan organisme dengan linkungannya. Melalui alat indralah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan duniannya. Jadi Sensasi adalah proses menangkap stimulasi melalui alat indra. Indra terpenting manusia adalah penglihatan, kemudian pendengaran.

B. Proses Persepsi
Alat indra menangkap stimuli, lalu stimuli tersebut diubah menjadi sinyal yg dapat dimengerti oleh otak untuk kemudian diolah. Disinilah terjadi apa yg disebut dengan proses persepsi, yaitu cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yg telah diproses oleh system indrawi kita. Persepsi adalah proses member makna pada sensasi. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Jika sensasi adalah proses kerja indra kita maka persepsi adalah cara kita memproses data indrawi tadi menjadi informasi agar dapat kita artikan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor itu adalah :

·        Faktor Personal
Persepsi bukan hanya ditentukan oleh jenis tau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut.
·        Faktor Struktural
Persepsi dipengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari sifat stimuli dan efek-efek syaraf uang ditimbulkannya pada sitem syaraf individu.

D. Perhatian
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (state of focused mental activity). Ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian, yaitu sebagai berikiut.

1).Faktor Situasional

a.      Gerakan
Stimuli yang bergerak akan lebih menarik perhatian disbanding yang lainnya. Tampilan visual yang menyajikan benda-benda bergerak dapat lebih menarik perhatian kita daripada tampilan yang statis.
Contoh: Lampu sein mobil dibuat berkedip-kedip agar menarik perhatian
b.      Kontras 
Kita akan member perhatian pada stimuli yang lebih menonjol disbanding stimuli-stimuli lainnya.
Contoh: Kita akan menaruh perhatian pada orang yang berbadan besar jka ia berdiri di kerumunan orang-orang yang bertubuh kecil.
c.      Intensitas Stimuli
Kita akan menoleh lebih dulu pada billboard yang paling besar diantara jajaran billboard di pinggir jalan
d.      Novelty
Hal-hal baru yang berbeda yang luar biasa akan lebih dapat menarik perhatian.
e.      Perulangan
Sesuatu yang berulang dapat lebih menarik perhatian.

2.Faktor Internal

a.   Faktor-faktor biologis Hal-hal yang sifatnya biologis, misalnya keadaan lapar, haus, akan mempengaruhi perhatian kita.
b.      Faktor Sosiopsikologis Motif sosiogenis, kebiasaan, sikap, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Begitu pula orang yang punya rencana membeli sepeda motor akan tertarik pada iklan-iklan sepeda motor.

Memori dan Berpikir

A.)MEMORI
Kemampuan untuk merekam, menympan atau memanggil kembali informasi inilah yang dimaksud dengan memori. Manusia memiliki kemampuan rec all , suatu kemampuan unik yang hanya dimiliki manusia di antara makhluk hidup lainnya.
Memori memegang peranan penting dalam proses persepsi (dengan menyediakan kerangka tujuan) dan berpikir. Secara singkat, memori adalah proses yang mencakup tiga tahap:
1.        Perekam (enconding), yakni pencatatan informasi melalui indra penerimaan dan system   syaraf internal.
2.     Penyimpanan (storage) yakni menetukan berapa lama informasi bersama kita dalam bentuk apa dan dimana.
3.     Pemanggilan kembali atau mengingat kembali (retrival), yakni proses menggunakan informasi yang disimpan.

1)     Jenis-jenis Memori

Ada berbagai macam memori:
·        dapat dilihat dari jangka waktu digunakannya.
·        jenis informasi yang disimpannya.
Dilihat dari jangka waktu pengunannya ada dua, yaitu sbg berikut:
a.         Memori jangka pendek (short term memory).Memori ini adalah pengingat informasi dalam waktu relative sangat singkat.
b.      Memori jangka panjang (long-term memori). Ini adalah informasi yang diingat dalam waktu yang relatif panjang/lama. Memori jangka panjang bisa terjadi karena suatu informasi sering digunakan.

Dari bentuk informasi yang disimpannya, ada dua jenis memori :
a.      Memori semantic (semantic memory), yakni pengetahuan umum kita tentang orang, tempat, dan hal- hal lain di dunia.
b.         Memori episodic (episodic memory), yakni informasi yang bersifat personal atau informasi yang diingat orang berdasarkan tempat atau waktu yang khusus.

2)     Proses Seleksi
Dalam komunikasi manusia selalu melakukan proses seleksi (selective processes). Ada tiga macam proses seleksi :

a. selective attention
b. selective perception
c. selective memory

B.)BERPIKIR(THINKING)

Berpikir atau lebih luas, kognisi adalah penggunaan persepsi, kombinasi mental, dan penyajian internal tentang symbol, objek atau konsep (Dwore tzky). Definisi lain menyebutkan berpikir adalah setiap perilaku yang menggunakan ide (Higa rd ) *Ketika kita membayangkan sesuatu atau berusaha memecahkab persoalan, kita disebut berpikir. Dalam berpikri kita melibatkan semua proses yang kita sebut di muka:sensai, persepsi, dan memori.

Secara garis besar ada dua macam berpikir :
-           Berpikir autistic lebih tepat disebut melamun, berfantasi, mengkhayal. Dengan berpikir demikian, orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
-           Berpikir realistic disebut juga nalar (reasoning), yakni berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Tiga fungsi berpikir :

1.         Membuat Keputusan (Decision Making) Dalam kehidupan manusia yang dinamis, kita tidak hanya harus menyeleksi, menginterpretasi, dan mengingat informasi, tetapi kita juga menggunakan informasi sebagai dasar untuk memutuskan bagaimana tindakan atau perilaku kita.

Beberapa asumsi yang mendasari proses decision making adalah :
a.         keputusan merupakan hasil berpikir
b.         keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative.
c.         keputusan selalu melibatkan tindakan nyata walaupun pelaksanaannya bias ditunda atau dilupakan.

2.         Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah timbul jika aktivitas encapai tujuan terhambat, ketika suatu kebutuhan tidak terpenuhi atau ketika pertanyaan tidak terjawab.

Banyak factor yg mempengaruhi, antara lain:

a.       factor situasional, yakni sifat stimulus yg menimbulkan masalah (seperti baru-lama, sulit- mudah, sering-jarang)
b.       factor personal, yakni factor biologis dan sosiopsikologis (misalnya motivasi, sikap, kebiasaan, dan emosi)

3.         Berpikir Kreatif (Creative Thinking) Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat.
a.       Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yg baru atau yg secara statistic sangat jarang terjadi.
b.       Harus dapat memecahkan persoalan secara realistis.
c.       usaha mempertahankan insight yg orisinal, enilai, dan mengembangkan sebaik mungkin.

Sumber :

Buku psikologi komunikasi, Nina M. Armando